VISI & MISI

Bagian website ini masih dalam pengerjaan dan akan di update dalam waktu dekat

PENGURUS & JAJARAN

Bagian website ini masih dalam pengerjaan dan akan di update dalam waktu dekat

SEJARAH SINGKAT


Yang Arya Biksu Ashin Jinarakkhita Sthavira

Yayasan Vihara Borobudur pertama kali didirikan dengan nama Yayasan Sthavira pada 24 Desember 1963. Salah satu pendirinya adalah Yang Arya Biksu Ashin Jinarakkhita Sthavira. Setelah berjalan sembilan bulan, tepatnya pada tanggal 25 September 1964, Biksu Sthavira Ashin Jinarakkhita menyarankan agar nama yayasan diubah menjadi Yayasan Vihara Borobudur. Segala proses pendirian dan perubahan nama ini dilakukan di depan notaris Ny. Jo Kian Tjay, SH.



Dulunya, agama Buddha lebih diidentikkan sebagai agama yang banyak dianut oleh warga keturunan Tionghoa. Yayasan Vihara Borobudur ingin mengubah kesan tersebut, maka pada 1967 yayasan mengajak seluruh vihara dari berbagai sekte agama Buddha se-kota Medan untuk mengadakan perayaan Waisak 2511 secara serentak (gabungan). Salah satu tujuan acara akbar ini adalah untuk memperkenalkan Hari Raya Waisak kepada masyarakat umum.



Melihat sambutan yang begitu hangat dari umat Buddha se-kota Medan, maka tahun berikutnya Romo Krishnaputra, yang menjadi Ketua Panitia Waisak Gabungan Pertama ini pun kembali mengadakan perayaan Waisak Gabungan Kedua. Perayaan kali ini turut dihadiri oleh Panglima Kodam II Bukit Barisan, Brigjen Sarwo Eddie Wibowo beserta istri dan Konsulat Jenderal Jepang dan India. Selanjutnya perayaan Waisak Gabungan Ketiga diadakan di Vihara Cong Sin Kiong, yang terletak di Jalan Percut (sekarang Jl. H.O.S.Cokroaminoto) dengan Ketua Panitia Drs. Williem Mulawarma. Sejak perayaan Waisak Gabungan yang diadakan tiga kali berturut-turut, masyarakat umum Kota Medan mulai mengenal Hari Raya Waisak. Selanjutnya, perayaan Waisak digelar di masing-masing vihara. Sekarang Hari Raya Waisak sudah menjadi hari besar nasional dan ditetapkan sebagai hari libur nasional.

Tahun 1975, Y.A. Sthavira Ashin Jinarakkhita bersama M.U. Ashok Dharma Surya D. Kumarasamy menetapkan Romo Phoa Krishnaputra sebagai Ketua Yayasan Vihara Borobudur yang disahkan di hadapan notaris Rachmat Santoso, S.H. dengan susunan kepengurusan sebagai berikut:

Ketua           : Tn. Phoa Krishnaputra
Penulis 1     :  Nn. Elsje Wong, S.H.
Bendahara  :  Tn. Ir. Otong Hirawan
Penulis 2     :  Tn. Wirawan Giriputra
Komisaris    :  Y.M. Bhiku Jinadhammo
Komisaris    :  Tn. dr. Hardi Chitra
Penasehat   :  M.U. Ashok Dharma Surya D. Kumarasamy
Pelindung    :  Y.A. Sthavira Ashin Jinarakkhita

Tahun 1975 sampai 1979, perhatian ketua yayasan mulai difokuskan pada pembinaan program Persaudaraan Muda/I Vihara Borobudur (PMVB) dan perbaikan sarana. Seiring dengan bertambahnya umat Vihara Borobudur maka kotak dana pun mulai terisi. Hal ini turut memudahkan para pengurus yayasan untuk mengelola vihara. Para pengurus dan anggota yayasan tidak perlu lagi mengeluarkan dana pribadi untuk menutupi biaya perawatan vihara. Dinding yang kusam mulai dicat dan beberapa perbaikan kecil yang penting mulai dilaksanakan, walaupun dengan cara yang masih sangat terbatas.

Melihat perkembangan agama Buddha yang semakin pesat, pengurus yayasan menyadari pentingnya kehadiran badan hukum yang mampu melindungi, menjangkau hal yang lebih luas, dan menyantuni tuntutan keadaan. Maka tahun 1980 pengurus yayasan merevisi dan menyempurnakan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Yayasan Vihara Borobudur (AD/ART).

Perubahan AD/ART ini dilaksanakan di hadapan notaris Rachmat Santoso, S.H. dan didaftarkan di Pengadilan Negeri Medan pada 19 Maret 1980. Sejak itu Romo Krishnaputra atau yang lebih dikenal dengan sapaan Pak Phoa mencanangkan Vihara Borobudur sebagai vihara pelayanan dalam mengakomodir kebutuhan umat tanpa pandang asal suku bangsa maupun sekte aliran agama Buddha. Vihara Borobudur memiliki paham Buddhayana yang berkeyakinan bahwa walaupun seluruh sekte aliran agama Buddha; Theravada, Mahayana, dan Vajrayana, memiliki tradisi yang berbeda, ketiga aliran tersebut saling melengkapi seperti segmen-segmen yang membentuk satu lingkaran utuh tentang ajaran Sang Buddha Gautama Sakyamuni.

Pemugaran vihara dan pembangunan Pagoda Avalokitesvara dimulai saat kepengurusan Pak Phoa. Selesai dibangun pada 1982, Pagoda Avalokitesvara pun diresmikan oleh Gubernur Sumatra Utara, Bapak EWP Tambunan.

Yayasan Vihara Borobudur turut berkontribusi dalam dunia pendidikan. Yayasan mengadakan Penataran Guru Agama Buddha se-Sumatra Utara yang dimulai pada 23 Desember 1981 sampai 3 Januari 1982. Semua peserta yang mengikuti penataran ini mendapat sertifikat dari Kepala Kanwil Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Sumut, Bapak Drs. R.M. Soesetyo. Sertifikat tersebut dapat digunakan sebagai pelengkap salah satu syarat menjadi guru mata pelajaran Agama Buddha baik di sekolah maupun universitas.



Mulai tahun 2004 hingga saat ini, Romo Maha Upasaka Pandita Phoa Krishnaputra menyerahkan tongkat estafet kepemimpinan kepada Ir. Lindawaty Roesli, M.Pd. sebagai ketua yayasan dan Romo sendiri menjabat sebagai Ketua Pembina Yayasan Vihara Borobudur.





Romo M.U.P. Phoa Krishnaputra


Ir. Lindawaty Roesli, M.Pd

Seiring dengan terkumpulnya donasi dari umat, awal tahun 2007 yayasan membeli tanah kosong seluas 2.500 m2 yang terletak di samping vihara dan dibangunlah Gedung Buddhayana Dhammasala dengan tinggi delapan lantai. Kelak gedung ini akan dilengkapi dengan ruang Gallery Y.M. Ashin Jinarakhita Sthavira yang merupakan ungkapan terima kasih yayasan kepada beliau atas jasanya sebagai salah seorang pendiri Yayasan Vihara Borobudur.

GENERASI MUDA & KEGIATAN SENI BUDAYA DAN OLAH RAGA

Bagian website ini masih dalam pengerjaan dan akan di update dalam waktu dekat

FASILITAS PENUNJANG

Bagian website ini masih dalam pengerjaan dan akan di update dalam waktu dekat